Training Ilmu Material Urugan di Bendungan Jlantah
Udah 2 minggu gak kerasa, mari kita recap!
Minggu pertama
1.
Pengamatan kondisi lapangan pekerjaan. Mengenal tentang timbunan urugan. Terdiri dari 3 bagian inti: Lapisan Inti, Lapisan Filter, Lapisan Random, tambahan Rip Rap.
- Lapisan inti umumnya terdiri dari material lempung, terdapat juga lanau dan sedikit pasir halus. memiliki permeabilitas rendah.
- Lapisan filter: terdiri dari material-material berukuran pasir kasar - kerikil, berfungsi sebagai penyaringan tampungan air. memiliki permeabilitas menengah.
- Lapisan random: terdiri dari material-material berukuran pasir halus - bongkah. tidak boleh terdapat lempung karena dapat menyebabkan penurunan. memiliki permeabilitas menengah
- Rip rap: merupakan bongkahan batu yang disusun rapi pada bagian paling luar timbunan yang digunakan sebagai pelindung lapisan didalamnya. Lapisan ini dapat berfungsi sebagai pemecah ombak. Jenis material yang digunakan juga sebaiknya dalam kondisi segar - lapuk rendah. Tidak terdapat rongga batuan dan memiliki ukuran bongkah.
Belajar di lapangan ges! pembukaan tentang material.
Bendungan urugan itu ada berbagai jenis: Urugan random, urugan rockfill, dan urugan homogen. Pada dasarnya material urugan harus ada di wilayah genangan. Semua jenis material yang udah dijelasin seperti material inti, random, filter harus di uji terlebihi dahulu sifat fisik dan mekaniknya!
Pelajarannya selanjutnya yaitu ngeliat langsung pengetesan di lapangan. Yaitu tes permabilitas dan densitas dari lapisan yang sudah dipadatkan/ ditimbun!
Pada uji permeabilitas menggunakan water replacement. Untuk daerah random, ukuran pengetesan lebih besar dibandingkan lokasi inti. Water replacment digunakan untuk menghitung permeabilitas material random dalam waktu tertentu dengan melihat penurunan air yang terjadi. Metode water replacement juga bisa digunakan untuk menghitung densitas dari material random yang sudah diambil dengan menghitung perbandingan volume material random terambil dengan volume air yang dimasukkan.
Sedangkan pada lokasi inti, perhitungan densitas menggunakan metode sandcone. Metode ini menggunakan pasir khusus berukuran kasar. Perhitungannya hampir sama dengan melakukan perbandingan berat inti yang diambil dengan material pasir yang dimasukkan. Untuk perhitungan permeabilitas hampir sama tapi volume lebih kecil. Uji permeabilitas lapangan menggunakan metode Falling Head.
2.
Sorenya diajak melihat proses gradasi material random. Gradasi secara manual lebih baik dibandingkan menggunakan alat. Gradasi dilakukan dari ukuran terbesar hingga terkecil. Pada setiap material yang tersaring pada ukuran tertentu dilakukan timbangan untuk mendapatkan presentase ukuran butir yang nantinya untuk Grain Size Analysis! Grafik yang didapatkan berguna untuk menentukan komposisi material dan keberadaan material yang dibutuhkan pada saat proses penimbunan bendungan urugan.
Minggu kedua
1.
Kedatangan calon asisten yang akan membantu di dalam dunia persilatan!
Kami mengunjungi lab kontraktor dan belajar disana. Sebelum itu belajar menganalisis data grain size dengan format yang sudah disediakan. Banyak alat yang dapat ditemukan disana seperti oven, shieve machine, stamper, dan alat uji lainnya yang sebenarnya saya antara lupa namanya dan kurang paham hehe.
Kami belajar tentang tes Proctor atau biasa disebut Uji kepadatan ringan untuk tanah. Material yang diuji berukuran pasir halus - kasar. Setelah dilakukan penyaringan, diambil 5 sampel masing-masing memiliki berat 1.5 kg. Pada masing-masing sampel tersebut diberikan air dengan volume yang berbeda. Hal tersebut dimaksudkan untuk mendapatkan OWC diantara ke-5 sampel tersebut. Pengujian ini dilakukan untuk menentukan OWC pada material timbunan inti yang digunakan.
Sebelum dilakukan uji Proctor standar. ke lima sampel tersebut dibiarkan 24 jam setelah diberikan air. Proses pengujiannya simpel: Sampel dimasukkan kedalam alat uji dibagi menjadi 3 lapisan. Tiap lapisan dilakukan penumbukkan sebanyak 25x menggunakan alat tumbuk gaya bebas. Volume mol yang didapatkan dari tabung uji kemudian sampel yang sudah ditumbuk diambil secukupnya untuk dicari nilai gamma densitasnya.
2.
Sebelum uji proctor, kami dapat kuliah umum dari tenaga ahli material!. Hal-hal yang dicatat antara lain:
- Sebelum dilakukan penimbunan, diperlukan:
> Mapping permukaan dan invetigasi bor. Kebutuhan material vs Cadangan sebaiknya memiliki perbandingan 1:3
> Pada zona inti, Index plasticity (PI) > 35% (ASTO), sedangkan nilai Liquid Limit (LL) > 70% tidak disarankan.
> Pada zona filter, kandungan lumpur >5% tidak disarankan.
> Pada zona rip rap, diperlukan uji soundness yang berfungsi untuk mengetahui tingkat lapuk dari batuan. Semakin tinggi nilai soundness, maka batuan tersebut tergolong semakin lapuk.
> Untuk zona filter dapat didesain ulang, dengan tujuan untuk mencegah pipping/seepage, meredam arus air, spesifikasi batas antara filter dan core (Sherrard & Dunnigan, 1985), dan spek filter mengikuti inti.
> Pada zona inti, dilakukan standard proctor test, yang digunakan untuk menentukan densitas optimum (gamma d), dengan nilai batas OMC (Optimum moisture content) kurang lebih -1% s/d +3%, sedangkan NWC (natural water content) didapatkan di lapangan sebelum dihampar ke lokasi timbunan. Uji proctor dilakukan dengan cara ditumbuk.
> Saat sebelum pekerjaan tumbunan dimulai, diharuskan melakukan Trial Embankment. Agar mendapatkan nilai gamma density, OMC, NWC, grain size yang nantinya dijadikan acuan metode dan kualitas dari timbunan.
> Pada zona inti (Zona 1) dan zona filter (Zona 2) dapat dilakukan pengujian permeability dan density. Sedangkan pada zona 2 tidak sama perlakuannya dengan zona random (zona 3). Zona 3 dapat dilakukan uji relative density.
> Pada pengujian relative density dapat dilakukan dengan menggunakan meja getar dengan media pasir kerikil (maksimal 5 cm)
> Pada Zona 3 harus dicari nilai densitas minimum yaitu pada kondisi hamparan sebelum dilakukan pemadatan.
> Pada Zona 2, kandungan material pasir - kerikil tidak boleh > 85%, setidaknya >75% dengan nilai permeabilitas k.10-3
3.
Kemudian kami diajak di lokasi penambangan quarry dan borrow area yang nantinya digunakan untuk material timbunan. Untuk metode pemetaannya dilakukan gridding dengan ukurang 100x100 m2 / 1 Ha (10.000m2). Kemudian dilakukan pengetesan in-situ di titik tengah kotak grid yang sudah ditentukan untuk mengambil sampel DS dan UDS dengan melakukan Uji Pit sedalam 3-4 meter.
4.
Pengujian LSDS pun dimulai! LSDS adalah singkatan dari Large Scale Direct Shear. Pengujian ini dilakukan untuk material random yang berfungsi untuk mendapatkan nilai tegangan geser dari material timbunan yang akan digunakan. Metodenya hampir sama dengan Proctor. Bedanya terdapat dua tegangan yang bekerja sekaligus, yaitu Kuat Tekan dan Kuat Geser. Material random yang dimasukkan kedalam Box Uji kemudian dilakukan pemadatan sebanyak 3 layer menggunakan Stamper. Kemudian dilakukan perendaman oleh air selama +- 24 jam. Setelah itu dilakukan pengujian LSDS untuk mencatat nilai kuat geser dari material random tersebut. Waktu pengetesan dilakukan berdasarkan indikator tekanan geser. Apabila indikator tersebut berjalan berbalik dari arah jarum jam maka proses pengetesan dapat disudahkan. Pengetesan ini menggunakan hydraulic pump dan dial indicator, yang kemudian dicatat hasil tekanan sudut geser dari 4 sisi sudut yang dipasang dial indicator. Dicatat hasil tekanan hydraulic pump dan tekanan yang terbaca oleh dial indicator.
To Be Continued......
Komentar
Posting Komentar